Langsung ke konten utama

Self Awareness

Self Awareness.  Apa itu ya? 


Kalau diterjemahkan satu-satu, Self  itu diri dan Awareness itu Kesadaran. Jadi kalau disatukan, Self Awareness itu berarti Kesadaran diri. Simpelnya kita sebut saja Self Awareness ini "Nyadar Diri" atau mengenali diri kita dengan baik. Kita kenal diri kita seperti apa, apa kekurangan yang dimikili, apa kelebihan yang dimiliki, apa yang kita sukai, dan apa yang tidak kita sukai.

Sebetulnya penting gak sih Self Awareness ini? 

Setelah baca dari berbagai sumber menurut para ahli, IMHO Self Awareness itu penting banget. Karena,  jika kita sudah mengenali diri kita seutuhnya, maka akan mudah menentukan visi misi hidup kita. Yups, hidup itu harus punya visi yang jelas.

Nah, karena kita sudah kenal banget sama diri, maka akan sangat mudah menentukan misi apa yang akan kita lakukan untuk mencapai visi tersebut. Setingkat organisasi saja yang periodenya singkat-singkat punya visi misi, apalagi dalam hidup kita yang notabene periode persiapan buat hidup yang lebih kekal (aka: Akhirat).

Kalau kita sudah betul-betul  mengenali diri sendiri, gak akan pernah bingung menentukan pilihan hidup di masa depan. Contoh kecil memilih jurusan di Sekolah.  Sebetulnya gak ada istilah anak IPA lebih pintar dari anak IPS. Atau Anak IPS wawasannya lebih luas dibanding anak IPA. Yang cerdas itu, dia yang pilih jurusan sesuai dengan dirinya. Apa hobinya dan minatnya seperti apa. Kalau suka nya seni, jangan dipaksa masuk jurusan eksak. Kalau sukanya bahasa, jangan dipaksa masuk jurusan geografi. Kalau kita sudah betul-betul  kenal sama diri, jangankan menentukan jurusan di Sekolah atau Kuliah, satu jurusan ilmu yang ingin ditekuni di Universitas Kehidupan ini pun akan mampu kita tentukan tanpa rasa bimbang. 

Ngomong-ngomong menyoal satu jurusan ilmu di Universitas kehidupan.

Aku sendiri pun sempat bimbang. Sebetulnya apa sih minat aku ini? Ilmu yang ingin aku tekuni dan perdalam itu apa? Atau jangan-jangan gak minat apa-apa. Wkwkwk. Hidup segan, mati pun tak akan. Ya gitu deh hidup sia-sia menunggu mati. Gak terasa, tiap hari gitu-gitu aja gak produktif. Astaghfirullah...

Kalau ada orang yang nanya, Retsa keahliannya apa? Kok aku tiba-tiba langsung gak pede ya? Apa ya? Mau bilang ini atau itu takut gak ada buktinya. Nanti cuma ngaku-ngaku ahli padahal mah receh. Hehe. 

Setelah aku mencoba kenalan, pdkt, kepo-kepo sama diri aku sendiri. Apa sih satuuu saja jurusan ilmu yang ingin aku tekuni di Universitas Kehidupan ini? Terlepas dari bisa atau belum, ahli atau belum, yang penting suka dan minat ingin memperdalam. Hmmm, yeah! Dialah "Ilmu Kepenulisan".

Alasan terkuat yang aku miliki sehingga ingin menekuni ilmu kepenulisan.

Karena aku memang suka menulis. Sejak kecil suka menulis. Dari yang penting sampai yang kayaknya gak perlu banget buat ditulis.

Di awal masuk kuliah, aku pun sempat bekerja di salah satu majalah online sebagai redaktur.
Lulus kuliah, sebelum wisuda, jadi luntang-lantung. Terbiasa segala digarap, tetiba jadi banyak bengong. Terus ikut FLP (Forum Lingkar Pena). Alhamdulillah pernah menjadi bagian dari acara besarnya. Munas FLP. Meski gagal bertemu Kang Abik dan Mbak Asma Nadia, ya gak apa-apa lah setidaknya aku sedang mengikuti jejak mereka, para penulis hebat yang merupakan para suhu juga di komunitas ini.

Bahkan sampai sekarang, aku gak pernah berhenti menulis. Apalagi semenjak hamil dan punya anak, selalu saja ada banyak hal yang ingin aku tulis. Alhamdulillah dapat feed back DM yang menyenangkan dari pembaca. Karena aku lebih suka menulis di akun instagram @retsa_wardah  dan @sajaksajak_retsa. Padahal, mereka yang support rata-rata bukan orang-orang yang aku kenal.

Bagiku, menulis itu betul-betul me time yang paling menyenangkan. Kalaupun mau di publish kita bisa edit dulu barangkali ada kata-kata yang nggak enak. Beda kalau ngomong langsung ya, kalau keceplosan gak bisa diedit. Hehe.

Ada gak sih tantangan buatku untuk menekuni satu jurusan ilmu di Universitas Kehidupan ini? 

Tentang ilmu kepenulisan itu? Tentu saja Marimar, tantangan itu selalu ada.

1. Mual

Muaaallleessss. Kalau si mual ini sudah kambuh. Ya sudahlah. Bubar barisan jalan!!! Menulis itu bisa memperbaiki mood, tapi juga terkadang harus lagi mood.

2. Tidak bisa menulis di bawah tekanan dan tuntutan. 

Contoh pas pertama masuk kuliah aku sambil kerja di salah satu media online. Jadi redaktur saat itu. Tugasnya dalam sehari nulis 5 artikel dengan tema yang berbeda. Awalnya enjoy. Tapi lama-lama puyeng karena harus gercep nulis, upload, sementara tugas kuliah bejibun juga. Jadi aku resign aja lah daripada stress. Wkwk.

Pernah juga, saat kuliah judul skripsiku dipuji oleh dosen Metlit. Unik katanya. Metodenya baru. Terus ditantang. Kalau sekiranya selesai skripsi dan pas wisuda sekalian menerbitkan buku tentang itu, nanti  beliau bikinkan banner yang besar di gerbang kampus lengkap dengan  karangan bunga. Awalnya happy dan sangat termotivasi.  Tapi aku gak bisa ternyata nulis diburu-buru gitu. Akhirnya tetooott bukunya gagal terbit. Wkwk.

3. Tidak tahan dengan kejulidan orang. 

Kalau ada orang yang nyinyir apalagi nyinyirin tulisan aku, suka tetiba down. Kalau dinyinyirin jadi males buat nulis lagi. Ya begitulah, aku memang hamba yang masih amatiran. Senang bila dipuji, tumbang bila dihina. Yaa Allah taubat gustii!!! Eling!  Eling! *Tepukjidat. 

Strategi menuntut ilmu yang akan aku rencanakan di bidang kepenulisan ini.

  1. Aku gak boleh lupa. Aku punya dua tangan untuk menutup telinga atau menutup mata dari orang-orang julid yang gak suka aku selangkah lebih maju dari mereka. Eimmm,  Tjakep!
  2. Harus sering baca tulisan orang dan harus rajin nulis demi mengasah skill kepenulisan menjadi lebih baik dan baik setiap harinya. 
  3. Harus banyak bergaul dengan orang yang punya hobi sama. Biar bisa share and care. Saling memberi masukan satu sama lain. 
  4.  Harus bisa meluangkan waktu sejenak buat me time nulis. "Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu. Berikanlah rindumu pada denting waktu. Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu. Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta...". Ayeaahhh auto backsound lagu sejenaknya Letto. Hehehe.

Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap yang akan aku perbaiki dalam proses mencari ilmu tentang kepenulisan ini

  1. Harus selalu berkata TIDAK pada plagiat. Plagiat itu dosa! 
  2. Say no to HOAX. Aku gak boleh gampang terhasut sama berita-berita hoax. Lebih-lebih jadi penulis hoax. Na'udzubillaah tsumma na'udzubillah. Segala sesuatu harus jelas sumbernya. Tabayyun dulu. Kalau ada berita-berita mengejutkan lebih baik pastikan dulu kalau berita itu BAL (Benar, Akurat,  Lengkap). 
  3. Luruskan lagi niat. Dengan harapan, apapun yang aku tulis bisa bermanfaat untuk orang lain. Dan semoga cita-cita besarku jadi penulis segera terwujud ya, biar gak receh lagi.  Biar pede gitu kalau ada yang nanya keahliannya apa? Jawab saja menulis. Karena emang ada bukti. Ada hasil karya tulis nya. Gak kayak sekarang, masih belum ada buktinya. Hehe

Tetap semangat buat diri ini. Terimakasih untuk semua inspirator,  motivator, dan tor tor lainnya. Semoga aku gak labil lagi buat menekuni satu jurusan ilmu di universitas kehidupan ini. Aamiin.

Komentar

  1. Ayo mbak, lebih rajin ngeblog dan lama akan makin bagus kok tulisannya :)

    BalasHapus
  2. Bagus nih tulisannya, keren banget.
    Kalau boleh kasih masukan, akan lebih baik kalau paragrafnya dibuat lebih pendek, masih ada beberapa paragraf yang kepanjangan.

    Agar pembaca lebih betah lagi membacanya :)
    Keep write yaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak sarannya. Soga next tulisan lebih baik lagi... :)

      Hapus
  3. Tulisannya keren, Mbak. Self awareness memang diperlukan, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak... Hal oaling mendasar yg perlu dilakukan untuk menemukan jati diri... Hehe makasih mbak

      Hapus
  4. Haihai...blognya bagus. Udah responsif juga dr HP. Semangat yaa...

    BalasHapus
  5. semangat, Mba. Jangan lupa PUEBInya juga diperhatikan ya heheeh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mini Project - Demo Memasak MPASI

Dokumen Pribadi Saat ini, permasalahan gizi di Indonesia terus meningkat. Stunting, wasting, obesitas, anemia, dll. Banyak dampak negatif jika kekurangan gizi terjadi di 1000 hari pertama kehidupan anak. Oleh karenanya, asupan gizi anak sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena, gizi yang baik mampu membuat tumbuh kembang anak lebih optimal. Sebagaimana telah dibahas pada artikel sebelumnya mengenai Tips Persiapan MPASI, bahwa Standar Emas Makanan Bayi dan Anak Kecil menurut WHO dan Unicef (Dua badan dunia yang mengurusi kesehatan dan anak-anak), di antaranya: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Asi Eksklusif sampai 6 bulan 3. MPASI berkualitas sejak 6 bulan 4. Menyusui tetap dilanjutkan sampai 2 tahun. Fokus pada point nomor 3 yaitu MPASI berkualitas sejak 6 bulan. Kata berkualitas di sini lah yang menjadi PR besar untuk para ibu. Sebab, pada kenyataannya di lingkungan sekitar masih banyak orang tua yang memberikan MPASI secara asal-asalan. Seperti hanya memberikan pur

6 Tips Persiapan MPASI ala Bunda Mikasa

Dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi anak, alangkah baiknya kita mengikuti Standar Emas Makanan Bayi dan Anak Kecil menurut WHO dan Unicef (Dua badan dunia yang mengurusi kesehatan dan anak-anak). Standar Emas Tersebut, antara lain: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Asi Eksklusif sampai 6 bulan 3. MPASI berkualitas sejak 6 bulan 4. Menyusui tetap dilanjutkan sampai 2 tahun. Saat ini kita akan fokus pada point yang ketiga. Yups , masa MPASI!  Menghadapi masa awal MPASI Mikasa sekitar 10 bulan yang lalu, sebagaimana ibu-ibu yang lain aku pun mempersiapkan banyak hal. Apa saja yang aku persiapkan? Berikut 6 Tips Persiapan MPASI ala Bunda Mikasa: 1. Mental Picture by Canva  Menghadapi masa MPASI, jujur aku tuh degdegan banget . Kenapa? Karena aku gak bisa masak. Sekali masak pun orang-orang gak ada yang doyan masakan aku. Suka mikir, Mikasa nanti suka gak ya MPASI buatan bundanya? Jangan-jangan begitu disuapi langsung dilepeh.  Juga saat mengha

Peralatan MPASI Sederhana ala Bunda Mikasa

Doc Pribadi Setiap orang tua, tentu selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mulai dari pakaian, pendidikan, asupan nutrisi, bahkan sesederhana peralatan MPASI anak. Orang tua zaman sekarang lebih selektif dalam memilih peralatan MPASI yang katanya aman dan terbaik untuk anak karena melihat review yang berseliweran di kalangan mommygram . Selain itu, ada juga yang niatnya ingin lebih instagramable kalau difoto. Bahkan karena khawatir dibilang tidak mampu oleh orang lain, banyak orang tua yang rela untuk membeli peralatan MPASI yang lebih hits dan booming . Padahal sebetulnya untuk menyajikan MPASI itu bisa menggunakan peralatan yang ada di rumah tanpa harus beli khusus. Kalaupun harus membeli, beli saja peralatan yang murah dan mudah di dapat. "Yang penting fungsi, bukan gengsi!". Baca juga :  6 Tips Persiapan MPASI Saat memulai MPASI Mikasa sekitar 10 bulan yang lalu, sebagaimana orang tua lain aku pun mempersiapkan berbagai perlengkapan. Hanya saja,