Langsung ke konten utama

Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga

Ibu profesional adalah ibu yang menjadi dirinya sendiri dalam menjalani perannya. Bukan dirinya yang bersikukuh menjadi duplikat dari ibu-ibu lain agar terlihat luar biasa dimata orang lain,  namun lupa menerima penilaian dari keluarganya sendiri. Adapun keluarga yang dimaksud adalah suami dan anak-anak. 

Ibu profesional yaitu ibu yang bahagia dalam menjalani perannya. Entah sebagai Ibu Rumah Tangga yang sehari penuh menjalani perannya di ranah domestik. Sekalipun ibu bekerja yang dengan berbagai alasan harus menjalani perannya di ranah publik juga domestik. 

Karena tiada guna jika seorang ibu yang sehari penuh menjalani perannya sebagai Ibu Rumah Tangga di ranah domestik, tapi dalam sehari penuh pula dia tak henti mengeluh. Tidak ikhlas. Tidak bahagia. Sering marah-marah. Sehingga emosi-emosi tersebut tentunya berdampak pada anak dan suami. 

Pun tiada arti seorang ibu yang pergi bekerja. Namun tidak ikhlas menjalani perannya ketika di ranah publik. Dan mengabaikan tugas-tugas pokoknya di ranah domestik. Lelah berlebih. Tidak maksimal menjalani peran sebagai ibu dan istri dengan bahagia. 

Bagi saya, kunci untuk menjadi ibu profesional adalah ikhlas dan bahagia. 
Karena dengan ikhlas dan bahagia, segala peran akan dijalani dengan baik, penuh arti, sungguh-sungguh,  dan tentu akan mengandung banyak nilai-nilai ibadah setiap harinya. Sudahkah kita menjalani peran sebagai ibu, istri, dan pribadi dengan ikhlas dan bahagia? 

Berawal dari bulan Januari tahun lalu, dengan cara-Nya, Allah Yang Maha Baik mengizinkan saya untuk bergabung dengan komunitas luar biasa baik yang bernama Institut Ibu Profesional. Berawal dari kelas Foundation, Matrikulasi, lalu sekarang menginjakkan kaki di pesisir Pulau Cahaya kelas Bunda Sayang. Harapan saya selalu sama. Tiada lain adalah saya ingin dengan sungguh-sungguh menjalani peran saya sebagai seorang ibu, istri, dan pribadi yang setiap harinya tidak pernah berhenti belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari diri saya sebelumnya. Bukan lebih baik dari ibu, istri, dan pribadi lain yang tentunya banyak yang lebih baik versi mereka masing-masing. 


Sebagai seorang ibu baru yang tinggal di lingkungan ibu-ibu yang sudah banyak pengalaman, terus terang saya sering merasa buruk. Merasa gagal menjadi ibu. Merasa tidak siap jadi ibu. Dan merasakan emosi-emosi negatif lainnya sehingga berujung merasa bersalah pada anak dan suami. Terlebih, apabila saya menerima berbagai komentar yang bersifat menghakimi terhadap pola asuh yang saya terapkan terhadap anak saya. Saya sering berulang kali berfikir, apakah yang saya lakukan ini salah karena saya berbeda dengan orang-orang dengan pola asuh zaman dulu? Tapi apa yang saya lakukan ini berdasarkan hasil belajar dari berbagai sumber ilmu yang disesuaikan dengan zaman disaat anak saya lahir. Bukan saat anak mereka lahir. 20 tahun lalu. Atau bahkan lebih tua dari itu. 
Dan hal ini selalu menimbulkan gejolak batin dalam diri saya lalu berakhir merasa menjadi ibu yang buruk. 

Tapi, alhamdulillah Institut Ibu Profesional lagi-lagi menyadarkan saya bahwa setiap ibu itu berbeda dari ibu yang lain. Setiap anak itu berbeda dari anak yang lain. Setiap keluarga itu berbeda dengan keluarga yang lain. Jangan pernah menjadikan keluarga sendiri sebagai duplikat dari keluarga yang lain. Se keren apapun kelihatannya kehidupan mereka. Sehebat apapun kelihatannya pola hidup mereka. Jadilah diri sendiri! 

Adapun gambaran simbol diri tentang makna terbaik diri sendiri ketika menjadi seorang ibu kebanggaan keluarga adalah saya mengibaratkan diri saya sebagai sebuah balok susun yang disimpan di tempat paling bawah (fondasi). Saya harus kokoh, teguh, kuat, tidak goyah, dan mampu menjaga keseimbangan keluarga saya. Saya hanya perlu menjadi fondasi. Adapun bentuk bangunan ke atas bisa beragam. Menjadi bentuk gedung, istana, dan lain-lain. 



Hal ini menjadi motivasi diri saya sendiri untuk tetap istiqomah menjalani berbagai macam tantangan selama belajar di kelas Bunda Sayang. Sebab jika saya menyerah dan ingin mundur, saya akan selalu ingat bahwa diri saya adalah sebuah balok paling bawah pada rangkaian balok susun. Yang apabila saya keluar dan menarik diri, sebagus apapun bentuk balok susunnya semua akan roboh seketika. 

Saya sayang keluarga saya. Saya ingin menjadi tempat ternyaman bagi anak dan suami saya. Menjadi penyemangat saat mereka tidak percaya diri. Menjadi tempat terhangat saat mereka merasa sepi. Hal ini akan saya dapatkan tergantung bagaimana kesungguhan saya dalam menjalani peran saya sebagai ibu dan istri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mini Project - Demo Memasak MPASI

Dokumen Pribadi Saat ini, permasalahan gizi di Indonesia terus meningkat. Stunting, wasting, obesitas, anemia, dll. Banyak dampak negatif jika kekurangan gizi terjadi di 1000 hari pertama kehidupan anak. Oleh karenanya, asupan gizi anak sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena, gizi yang baik mampu membuat tumbuh kembang anak lebih optimal. Sebagaimana telah dibahas pada artikel sebelumnya mengenai Tips Persiapan MPASI, bahwa Standar Emas Makanan Bayi dan Anak Kecil menurut WHO dan Unicef (Dua badan dunia yang mengurusi kesehatan dan anak-anak), di antaranya: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Asi Eksklusif sampai 6 bulan 3. MPASI berkualitas sejak 6 bulan 4. Menyusui tetap dilanjutkan sampai 2 tahun. Fokus pada point nomor 3 yaitu MPASI berkualitas sejak 6 bulan. Kata berkualitas di sini lah yang menjadi PR besar untuk para ibu. Sebab, pada kenyataannya di lingkungan sekitar masih banyak orang tua yang memberikan MPASI secara asal-asalan. Seperti hanya memberikan pur

6 Tips Persiapan MPASI ala Bunda Mikasa

Dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi anak, alangkah baiknya kita mengikuti Standar Emas Makanan Bayi dan Anak Kecil menurut WHO dan Unicef (Dua badan dunia yang mengurusi kesehatan dan anak-anak). Standar Emas Tersebut, antara lain: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Asi Eksklusif sampai 6 bulan 3. MPASI berkualitas sejak 6 bulan 4. Menyusui tetap dilanjutkan sampai 2 tahun. Saat ini kita akan fokus pada point yang ketiga. Yups , masa MPASI!  Menghadapi masa awal MPASI Mikasa sekitar 10 bulan yang lalu, sebagaimana ibu-ibu yang lain aku pun mempersiapkan banyak hal. Apa saja yang aku persiapkan? Berikut 6 Tips Persiapan MPASI ala Bunda Mikasa: 1. Mental Picture by Canva  Menghadapi masa MPASI, jujur aku tuh degdegan banget . Kenapa? Karena aku gak bisa masak. Sekali masak pun orang-orang gak ada yang doyan masakan aku. Suka mikir, Mikasa nanti suka gak ya MPASI buatan bundanya? Jangan-jangan begitu disuapi langsung dilepeh.  Juga saat mengha

Peralatan MPASI Sederhana ala Bunda Mikasa

Doc Pribadi Setiap orang tua, tentu selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mulai dari pakaian, pendidikan, asupan nutrisi, bahkan sesederhana peralatan MPASI anak. Orang tua zaman sekarang lebih selektif dalam memilih peralatan MPASI yang katanya aman dan terbaik untuk anak karena melihat review yang berseliweran di kalangan mommygram . Selain itu, ada juga yang niatnya ingin lebih instagramable kalau difoto. Bahkan karena khawatir dibilang tidak mampu oleh orang lain, banyak orang tua yang rela untuk membeli peralatan MPASI yang lebih hits dan booming . Padahal sebetulnya untuk menyajikan MPASI itu bisa menggunakan peralatan yang ada di rumah tanpa harus beli khusus. Kalaupun harus membeli, beli saja peralatan yang murah dan mudah di dapat. "Yang penting fungsi, bukan gengsi!". Baca juga :  6 Tips Persiapan MPASI Saat memulai MPASI Mikasa sekitar 10 bulan yang lalu, sebagaimana orang tua lain aku pun mempersiapkan berbagai perlengkapan. Hanya saja,